PENGERTIAN, PENYEBAB DAN PENANGANAN KESULITAN BELAJAR ( LEARNING DISABILITIES ) ANAK SEJAK DINI

ASUHANANAK.COM;PENGERTIAN-Menurut Canadian Association for Chidren and Adults with Learning Disabilities, anak berkualitas belajar adalah mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran disekolah meskipun kecerdasannya termasuk rata-rata, sedikit diatas rata-rata, atau sedikit dibawah rata-rata, dan apabila kecerdasannya lebih rendah dari kondisi tersebut bukan lagi termasuk learning disabilities.
National joint cammmittee on learning disabilities dalam belajar adalah terminologi umum yang dikaitkan pada sekelompok pada penyimpangan heterogen ditunjukkan dengan kesulitan nyata dalam penguasaan dan penggunaan dan aktivitas mendengar, berbicara, membaca, menulis, berpikir, atau kemampuan matematika. Penyimpangan-penyimpangan ini bersifat intrinsic pada individu, diperkirakan karen terganggunya fungsi sistem syaraf pusat dan bisa terjadi sepanjang kehidupan. Masalah dalam perilaku regulasi diri, persepsi sosial dan interaksi sosial dapat muncul pada kesukara belajar, tetapi tidak merupakan sumber utama dari kesukaran belajar. Walaupun kesukaran belajar bisa terjadi bersamaan dengan kondisi kecacatan lain (seperti : kerusakan sensoris, retardasi mental, gangguan emosional serius) atau karena pengaruh ekstrinsik (seperti : perbedaan budaya, instruksi yang kurang memadai atau kurang tepat), ini bukanlah akibat dari kondisi-kondisi atau pengaruh-pengaruh tersebut.

Tomasi dan weiber (dalam supena dkk, 2012), menyatakan bahwa kritieria anak yang mengalami kesulitan belajar sebagai berikut : 1) ada kesenjangan secara signifikan antara kemampuan inteletual siswa dan prestasi akademil; 2) ada kesenjangan hasil karena terjadinya kekacauan dalam proses psikologi dasar dan dalam memahami bahasa; 3) kesenjangan tidak dapat dihasilkan dari factor lain seperti lingkungan rumah dan sekolah yang kurang memuaskan, pengajaran yang buruk, atau kehadiran sekolah yang jelek. Hallahan dan Kauffman (2006) mengelompokkan kesulitan belajar menjadi enam, yaitu :

1. Masalah prestasi akademis, mencakup : ksulitan membaca (disleksia), kesulitan dalam menulis (disgrafia), kesulitan memproduksi dan menerima percakapan, dan kesulitan penghitungan matematis (diskalkulia)

2. Masalah perceptual, perceptual-motor, dan koordinasi umum. Biasanya mereka kesulitan mengingat bentuk, memutarbalikan huruf atau angka, sulit dalam mengikuti aktivitas fisik motorik yang menggunakan instruksi lisan.

3. Gangguan atensi dan hiperaktifitas, seperti : sulit berkonsentrasi, gagal mendengarkan orang lain, tidak berhenti bicara, langsung mengeluarkan apa yang sedang di pikirkan, dan tidak terorganisir merencanakan kegiatan sekolah atau diluar sekolah.

4. Masalah memori, kognitif, dan metakognitif, seperti : melupakan tugas atau janji, tidak terogorganisir dalam perencanaan kegaitan, dan kesulitan menilai sulit tidaknya sebuah tugas.

5. Masalah sosial-emosional, biasanya mereka sering ditolak oleh teman-temannya dan memiliki konsep diri yang buruk. Pengalaman menyakitkan pada masa kecil membuat mereka memiliki resiko mengalami depresi dan bunuh diri yang lebih besar.

6. Masalah motivasional, biasanya mereka mudah menyerah dan mengharapka hal yang buruk (learned helplessness) karena beranggapan bahwa sekeras apapun mereka berusaha mereka akan gagal.

B. PENYEBAB / ETIOLOGI 

 

Menurut beberapa ahli, penyebab gangguan kesulitan belajar pada anak ada 3 faktor yaitu : keturunan, biologis, dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian olson dkk (dalam sapena dkk. 2012), diketahui bahwa jika salah satu atau kedua orangtua memiliki kesulitan belajar, maka akan diturunkan pada anak-anak mereka yaitu kemungkinan sebanyak30% samapi 50% akan mengalami kesulitan belajar juga. Orangtua dan anak-anak mereka juga memiliki alergi yang sama atau karena pencemaran lingkungan seperti udara yang mengandung timah.

Secara biologis, kesulitan belajar pada anak disebabkan adanya disfungsi dari sistem syaraf pusat atau disebut disfungsi minimal otak (DMO). Hal ini menyebabkan gangguan syaraf dan kelainan pada gelombang otak. Sedangkan penyebab dari lingkungan lebih banyak bersifat sekunder, seperti : guru-guru yang tidak mempersiapkan program pengajarannya dengan baik atau keondisi keluarga yang tidak mendukung. Anak-anak yang tinggal dalam lingkungan yang miskin nutrisi, tinggal dalam waktu lama dalam suasana bermusuhan, atau tinggal dalam lingkungan yang mengandung racun juga dapat menjadi penyebab kesulitan belajar.

C. KARAKTERISTIK FISIK MOTORIK

Banyak anak kesulitan belajar memperlihatkan masalah dalam aspek motorik, seperti : keterampilan motorik kasar, psikomotor, keterampilan perceptual motorik, atau kambinasa ketiganya. Masalah motorikbiasanya dihubungkan dengan kondisi seperti : koordinasi motorik yang buruk dan gerakan ceroboh.

D. KARAKTERISTIK KOGNITIF

Intelegensi atau kecerdasan anak dengan kesulitan belajar sebenarnya sangat bervariasi. Namun para ahli hanya membahas kesulitan belajar yang terjadi pada populasi dengan kemampuan di atas rata-rata. Hal yang menonjol pada anak kesulitan belajar adalah ketidaksempurnaan cara bekerja mata, telinga, dan sistem syaraf pusat untuk menangkap stimulus tertentu. Misalnya untuk melihat matahari, mengamati berbagai warna, mendengarkan music, dan lain sebagainya. Mereka juga memiliki masalah pada tingkat keaktifan dan kesulitan untuk memusatkan perhatian. Selain itu, anak kesulitan belajar sering memiliki masalah yang berkaitan dengan ketidakmampuan memahami dan mengungkapkan (bahasa reseptif dan eksresif) baik secara tersendiri maupun (kombinasi keduanya.

E. KARAKTERISTIK SOSIAL EMOSI

Kondisi emosi yang terlihat pada anak kesulitan belajar yaitu : timbulnya rasa takut atau khawatir, takut gagal atau tidak berhasil, takut mencoba, takut untuk bersaing, takut menghadapi masa depan, bahkan takut menjadi dewasa. Ahli lain mengatakan bahwa hal yang paling sering terjadi pada anak kesulitan belajar adalah ketidakstabilan emosi dan impulsivitas. Emosi yang labil ditandai dengan seringnya terjadi perubahan-perubahan yang mencolok dalam suasana hati dan temperamen, impulsivitas menunjukkan kirang dapat dikontrolnya impuls-impuls. Pada beberapa anak ada kemungkinan untuk tiba-tiba menyerang otang lain atau benda-benda tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba berdiam dari pada waktu yang tidak sepantasnya. Hiperaktif terus dikaitkan dengan karakteristik anak dengan kesulitan belajar, yaitu adanya kegelisahan, toleransi yang rendah terhadap frustasi, agresif, persepsi sosial dan harapan interpersonal yang buruk serta perilaku yang tidak sesuai.

Anak kesulitan belajar yang juga memiliki masalah sosial adalah kerena deficit dalam kognisi sosial. Mereka salah membaca tanda-tanda sosial dan salah menginterpretasi perasaan atau emosi dari orang lain. Mereka juga memiliki kesulitan melihat dari sudut pandang orang lain.

"Wahai orangtua, mari pak/ bu berbagi dan berkonsultasi dengan kami seputar anak, anak adalah cerminan bagi orangtua maka mereka itu harta yang sudah ditetapakan Allah memiliki hidup, hak, kewajiban dan berkat"

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »