PENGERTIAN, PENYEBAB DAN PENANGANAN LAMBAT BELAJAR ( SLOW LEARNER ) SEJAK DINI

ASUHANANAK.COM; PENGERTIAN-Dalam supena dkk (21012), anak lambat belajar ( slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal, tetapi belum termasuk tunagrahita. Biasanya memiliki 1Q sekitar 70-90. Burton dalam sudrajat (2008), menyatakan bahwa slow-learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekolompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relative sama.
Bebarapa definisi tentang anak lambat belajar atau slow learner adaalah sebagai berikut :

• Siswa lamban belajar adalah anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah rata-rata (yusuf, 2005).
• Siswa lambat belajar (slow learner) ialah siswa yang inteligensinya berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85 berdasarkan tes inteligensi baku (toto, 2005).
• Slow learner a non technical variously applied to chidren who are some what mentally retarted ar are developing at a slower that normal rate (emest R.hiligrad dalam “dictionary of psychology”)

Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas regular. Keadaan ini berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi.

B. PENYEBAB/ ETIOLOGI

Faktor yang mempengaruhi slow learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua factor yang mempengaruhinya:

1. Faktor internal/genetik/hereditas

Inteligensi merupakan sesuatu yang diturunkan. Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survey pustaka dunia tentang persamaan ineligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983), terdapat korelasi antara IQ orangtau dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka. Hasil dari berbagai penelitia dirangkum dalam tabel berikut. Hubungan korelasi kembar satu zigot diasuh bersama= 0,82; diasuh terpisah= 0,72; kembar dua zigot diasuh bersama= 0,60; saudara kandung diasuh bersama= 0,47; diasuh terpisah= 0,24; antara orangtua dan anak= 0,40; antara orangtua angkat dan anak= 0,31; diantara saudara sepupu= 0,15.

2. Faktor eksternal/lingkungan

Meskipun factor genetic memiliki pengaruh yang kuat, namaun lingkungan juga merupakan faktor penting. Lingkungan benar-benar menimbulkan perbedaan inteligensi. Gen dapat dianggap sebagai penentu batas atas dan bawah inteligensi atau menentu rentang kemampuan intelektual, tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan dimana letak IQ anak dalam rentang tersebut (Atkinson, dkk, 1983). Kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas, stimulasi,iklim emosional keluarga, dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Nutrisi meliputi nutrisi selama anak dalam kandungan, pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Nutrisi penting sekali bagi perkembangan otak anak. Nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan anak. Anak yang sehat perkembangannya akan lebih optimal. Kualitas stimulasi dapat dilakukan dengan memperkaya lingkungan anak, sehingga dapat meningkatkan inteligensi anak. Berdasarkan penelitian ramey, dkk ( santrock, 2007), masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi (sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak dari keluarga miskin.

Berikut ini adalah efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ. Berdasarkan penelitian yang dilakukan beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983), efek lingkungan memberi pengaruh yang berbeda terhadap IQ, sehingga dapat disimpulkan bahwa individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan hubungan yang erat antara kondisi sosial-ekonomi keluarga dengan variable lingkungan, seperti nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka.

C. KARAKTERISTIK FISIK MOTORIK

Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka.

Di sisi lain, anak-anak slow-learner juga menunjukkan kelembatan dalam mengerjakan tugas-tugas. Mereka juga menguasai keterampilan dengan lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.

D. KARAKTERISTIK KOGNITIF

Dalam beberapa hal, anak slow-learner mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Beberapa ciri kognitif lainnya adalah sebagai berikut :
• Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di bawah level normal.
• Memiliki kesulitan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang memiliki banyak langkah.
• Hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi.
• Nilai-nilai yang biasanya butuk dalam tes prestasi belajar
• Dapat bekerja dengan baik dalam hand-on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulative.
• Memiliki daya ingat yang memadai, tetapi mereka lambat mengingat.


E. KARAKTERISTIK SOSIAL EMOSI

Anak-anak slow-learner biasanya memiliki self-image yang buruk. Salah satu penyebabnya adalah prestasi belajarnya yang rendah (kurang dari 6) dan pernah tidak naik kelas. Mereka cenderung tidak matang dalam hubungan interpersonal, karena keterbatasannya yang hanya memperhatikan saat ini dan tidak memiliki tujuan-tujuan jangka panjang.

Mereka biasanya mengalami hambatan dalam merespon rangsangan adaptasi sosial. Anak-anak seperti ini biasanya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain, perlu diperbanyak latihan daripada hapaman dan pemahaman, menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif, perlu diperbanyak kegiatan remedial, dan sebagai konsekunsinya perlu ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam memberikan penjelasan.

"Wahai orangtua, mari pak/ bu berbagi dan berkonsultasi dengan kami seputar anak, anak adalah cerminan bagi orangtua maka mereka itu harta yang sudah ditetapakan Allah memiliki hidup, hak, kewajiban dan berkat"

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

komentar
11 Desember 2018 pukul 06.04 delete

Anak Saya mengalami kesulitan dalam mengingat, Dan lamban dalam segala hal, kecuali membuat mainan yang dirakit Dan praktikal, apa yang bisa Saya lakukan untuk menstimulasi belajar Dan pola belajar yang bagaimana yang baik diterapkan pada anak seperti ini.

Terima kasih atas bantuannya.

Reply
avatar