Asuhananak-Istilah yang sering digunakan untuk mereka yang mengalami gangguan intelektual atau keterbelakangan mental antara lain : lemah pikiran, anak lamban, bodoh, dungu, terbelakang, dan sebagainya. Dari asal katanya, tuna berarti merugi sedangkan grahita berarti pikiran. Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental yang berarti terbelakang secara mental.
American association on mental deficiency (AMD) yang saat ini dikenal dengan AAMR (American association mental retardation) mendefinisikan retardasi mental sebagai “mental retardataion refers to significantly subaverage general intellectual functioning existing concurrently with deficit in adaptive behavior and manifested during the development period”. Artnya, retardasi mental mengacu pada fungsi intelektual umum yang nyata di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan perilaku adaptif dan terjadi pada masa perkembangan.
Dybward (dalam supena dkk, 2012) mendefinisikan “keterbelakangan mental merupakan kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya fungsi-fungsi intelektual sehingga Nampak secara social.” Sedangkan menurut Davidson dan neale (1994), tunagrahita adalah mereka yang secara signifikan intelektualnya berada di bawah rata-rata dengan kemampuan adaptif behavior yang rendah dan terjadi pada periode konsopsi sampai usia 18 tahun.
Dalam perspektif pendidikan, anak tunagrahita biasanya mengarah pada hambatan intelektual atau kecerdasan. Anak dengan hambatan intelektual akan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif yaitu perilaku dalam melakukan hubungan social di masyarakat. Hal tersebut terlihat pada rendahnya kemandirian dan atau tanggung jawab social seoranga anak dibandingkan budaya kelompoknya. Misalnya hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas akademik dasar seperti : membaca, menulis, aritmatik, konsep-konsep dasar bidang studi, keterlambatan dalam melakukan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Selain itu, mereka juga memiliki ketidakmampuan dalam menjalankan tugas-tugas atau peran social yang dituntut oleh social kelompok linkungannya, dan gejala-gejala tersebut dapat diamati pada masa perkembangan 18 tahun ke bawah.
Klasifikasi tingkat kecerdasan atau skor IQ untuk anak tunagrahita yang banyak digunakan sistem sekolah adalah klasifikasi menurut the American psychological association (APA) yaitu sebagai berikut : mild (IQ 55-70), moderate (IQ 40-55), severe (IQ 25-40), dan profound (IQ di bawah 25). Sedangkan anak yang memiliki IQ 71-85 diklasifikasikan sebagai anak tunagrahita borderline (brown et al, 1996).
Penyebab/etiologi
Dalam mangunsong (2011), factor-faktor penyebab cacat mental dapat diklasifikasikan atas : 1) sebab-sebab yang bersumber dari luar, yaitu meliputi : kekurangan nutrisi pada ibu, keracunan atau efek obet-obatan (kokain,heroin, tembakau, dan alcohol), radiasi sinar x-rays, kerusakan otak saat kelahiran karena alar bantu, lahir pramatur, panas terlalu tinggi, infeksi pada ibu (rubella, syphilis, atau herpes simplec), tumor otak, anoxia/kekurangan oksigen, infeksi pada otak, hydrocephalus atau microcephalus, gangguan fisiologis (down syndrome atau cretinism), pengaruh kebudayaan atau yang disebarkan di lingkungan yang buruk, dan 2) sebab-sebab yang bersumber dari dalam, yaitu sebab dari factor keturunan berupa gangguan plasma inti chromosome abnormality.
Beberapa tahun belakangan ini banyak kasus retardasi mental ringan (mild) ternyata disebabkan oleh sindrom-sindrom genetis tertentu (hallahan dan kaumffman, 2006). Oleh karena itu, muncul spekulasi bahwa di masa yang akan datang sindrom-sindrom genetis baru akan ditemukan sebagai penyebab retardasi mental ringan (mild).
Karakteristik fisik motorik
Pada anak tunagrahita ringan, kondisi fisik mereka tidak terlihat begitu mencolok atau berbeda dibandingkan anak normal pada umumnya. Biasanya kelainan fisik yang merupakan gejala bawaan tidakl seberat yang dialami kategori severe dan profound.
Pada tunagrahita berat, biasanya mereka memiliki koordinasi fisik yang buruk dan mengalami masalah di banyak situasi social. Mereka juga menampakkan adanya gangguan pada fungsi bicaranya. Mereka hanya bisa berkomunikasi secara vocal setelah pelatihan intensif. Tanda-tanda kelainan fisik lainya ialah lidah seringkali menjulur keluar, bersamaan dengan keluarganya air liur. Kepala sedikit lebih besar dari biasanya. Kondisi fisik mereka lemah. Mereka hanya bisa dilatih ketrampilan khusus selama kondisi fisiknya memungkinkan. (Lyen dalam mangunsong, 20011).
Karatekristik Kognitif
Menurut brown, woley, dan haring (dalam supena dkk, 2012), karakteristik kognitif anak tunagrahita adalah sebagai berikut :
1. Anak tunagrahita mempu mengetahui atau menyadari situasi, benda-benda, dan orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh factor bahasa yang menjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umumnya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.
2. Mereka kesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagidirinya sendiri, dan anak tersebut sulit memilih alternative pilihan yang berbeda.
3. Mereka sulit sekali untuk menuliskan symbol, angka, sehingga secara umum mereka memiliki kesulitan dalan bidang membaca, menulis, dan berhitung.
4. Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.
Karakteristik social emosi
Anak tunagrahita pada umumnya akan menunjukkan karakteristik social emosi sebagai berikut :
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal baru
2. Mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak, selalu cepat lupa apa yang dipelajari jika tanpa latihan yang terus-menerus.
3. Mengalami kesulitan dalam menggeneralisasikan dan mempelajari hal-hal baru.
4. Kemampuan bicara sangat krang terutama anak tunagrahita sedang/berat.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri, sebagian tidak mampun mengurus diri sendiri : berpakaian, makan, menjaga kebersihan sehingga diperlukan latihan khusus untuk memiliki kemampuan ini
6. Mengalami kesulitan dalam berinteraksi. Bagi anak tunagrahita ringan, mereka dapat bergaul dengan anak regular namun bagi tunagrahitan berat tidak mampu melakukan hal tersebut.
APA KELUHAN ANDA TENTANG ANAK ADALAH TUGAS UNTUK KAMI JAWAB !