Pernahkah anda duduk melamunkan peristiwa masa lalu dan kemudian menyelami bahwa lamunan tersebut ternyata ada memiliki warna, ada yang hitam putih, ada yang bergerak, dan ada yang diam seperti foto.
Kadang kala kita tiba-tiba teringat suatu peristiwa karna adanya suara seseorang yang mengiang di telinga kita, “hei kamu bodoh” pernahkah anda telaah :
bagaimana detail suara itu?
Apakah berasal dari sebelah kanan atau kiri kepala anda atau ditengah kepala?
Apakah seperti suara anda sendiri atau suara orang lain?
Bagaimana nadanya, mencemooh atau memotivasi?
Pernahkah anda membayangkan suatu saat anda menakut-nakuti anak dengan mengatakan,
“awas jangan ke kamar mandi sendirian, di situ banyak setannya…”
Nah, perkataan ini membuat anak ketika sudah agak besar dia takut ke kamar mandi sendirian atau takut jika pintu kamar mandinya ditutup. Contoh lainnya, ada seorang remaja yang didoktrin bahwa dia akan sakit jika tidak makan obat yang sudah disediakan mamanya.
Dengan melakukan program ulang dalam pikiran bahwa sadarnya, selama beberapa hari anak itu menjadi sangat ceria dan sehat (ternyata penyebab sebelumnya adalah perasaan orang tuanya yang cemas telah menular kepada diri anak).
Ada juga kasus lain, seorang anak diberitahu ibunya kalau dia akan selalu diikuti hantu dan tidak boleh tidur sendirian (padahal anaknya sudah besar).
Setelah menangis semalaman karena ditinggal di camp sendirian, keesokan harinya dia mengatakan dan berteriak,
“aku mau camp lagi kalau ada, belum pernah camp seasyik ini dan aku sekarang sudah ga takut lagi, mama bohong, ga ada hantu kok…”
Anda lihat bagaimana pengaruh sebuah perkataan yang tidak diikuti data dan fakta bukan?
Sangat disayangkan si anak mempercayai begitu saja dan menjadi program yang permanen di dalam pikirannya.
Selama ini anak itu membayangkan hantu yang selalu mengikutinya ketika ia berada di satu tempat sendiri. Sekarang, gambar itu sudah berubah karena diberikan pengalaman menarik yang mampu mengubah program ketakutannya. Sekali lagi sebagai orang tua yang baik, hindarilah memberikan perkataan yang negative kepada anak.
Oleh kerena itu, pahami preferensi anak dalam berkomunikasi untuk membangun interaksi yang baik dan dalam hal melakukan pembelajaran.