Terlalu lama mengerjakan sesuatu
LANGKAH 1
KENALI PENYEBABNYA
Beberapa anak mengerjakan tugasnya terlalu lama (apakah itu mandi, makan, mengerjakan tugas sekolah, PR, dan lain-lain). Biasanya anak yang bertipe lama adalah karena kurangmnya motivasi dan dorongan tentang pentingnya penyelesaikan tugas tersebut tepat waktu.
Bagi orang dewasa (guru maupun orang tua) yang melihatnya merasa ingin menegurnya dan terus menegur karena kelambatannya. Selain anak yang berkebutuhan khusus, bagi anak umumnya mengerjakan tugas mengikuti ritme teman-temannya atau ritme normal pada umumnya. Namun, jika dia masih juga lambat, terkadanmg orang dewasa tidak sadar lalu memberi label kepada si anak si pemalas, si lambat, atau si lelet, Hal ini membuat si anak memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang lambat bergerak dan lambat bekerja sehingga pikiran bawah sadarnya memiliki program baru, yaitu “akau adalah anak yang lambat bekerja…”, dan akibatnya anak itu menjadi anak yang lambat dalam mengerjakan segala hal.
LANGKAH 2
PERSIAPAN
Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, tanyakan terlebih dahulu kepada diri anda hal-hal berikut ini.
Apa penyebab anak menjadi lama mengerjakan tugas?
Apa yang anda lakukan ketika anak lama mengerjakan tugas?
Apa anak selalu lama dalam mengerjakan seluruh kegiatannya?
Bagaimana reaksi anak dengan perkataan atau perlakuan anda?
LANGKAH 3
PENANGANAN DENGAN HYPNOPARENTING
Pilihan kata yang kita ucapkan akan membantu mengarahkan pikiran anak-anak. Kata-kata yang diterima anak, diterimanya dalam sebuah gambar dan ketika mereka membuat gambaran itu dalam pikirannya semakin jelas akan membuat anak berperilaku sesuai dengan yang kita ucapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan hal berkut ini.
Perhatikan ucapan kita jika anak selalu lama mengerjakannya. Ingat hukum pikiran bawah sadar bahwa kalimat harus positif. Jadi, jika anak lama dalam mengerjakan tugas sekolah maupun pekerjaan rutinitas lainnya, berikan motivasi dan katakana, “kakak semakinhari mama lihat semakin cepat mengerjakan tugasnya (mandi atau makan), kakak pandai yah dan jika sudah cepat sesuai dengan kebutuhan kakak, kakak mengerjakan tugasnya kayak gitu lagi yah…”
Ajak anak berimajimasi. Imajinasi harus merupakan proses yang menyenangkan dan memberi semangat, bukan yang melelahkan pikiran. Semakin kita sering mengimajinasikan keinginan kita, keinginan itu akan semakin menjadi bagian dari hidup dan akan semakin dekat kepada kenyataan. Ini dilakukan untuk memberikan keyakinan pada anak bahwa jika kita percaya dan mampu, pasti kita mampu lakukan walaupun orang lain tidak mempercayainya. Anda dapat melakukn permainan seperti berikut ini.
Ajak anak anda berdiri sambil memegang mainnya di hadapan sebah garis. Putar mainannya ke belakang sejauh yang dia dapat lakukan. Jatuhkan mainannya ke bawah. Lalu, dia diminta untuk mengimajimasikan bahwa dia dapat melakukan yang lebih baik dan lebih jauh darti itu (ini untuk memberi keyakinan pada anak itu tidak mampu). Bayangkan terus sampai dia merasakan bahwa tangannya jauh berputar ke belakang dan bahkan bisa 4 kali lebih jauh dari yang tadi. Berikan mainan kedua kepada anak, lalu minta ia memutar kembali tangannya ke belakang sejauh-jauhnya, jatuhkan mainan tersebut. Lihat titik awal dan titik akhir di mana kedua mainan itu. (seharusnya titik kedua lebih jauh jatuhnya dibanding titik pertama).
Tujuan permainan ini untuk menunjukkan kepada anak anda bagaimana imajinasi dapat membantunya mewujudkan hal-hal positif. Anak anda akan dengan cepat memahami hubungan antara peningkatan prestasinya dalam permainan kecil ini dan tantangannya dim as depan. Sebuah kesuksesan dibangun di atas perasaan adanya kemampuan dan kekuatan untuk melakukannya.
Afirmasi. Minta anak mengucapkan kata-kata: “saya mengerjakan tugas dengan cepat, saya mandi cepat, saya akan cepat dan semua dapat saya lakukan dengan cepat menyesuaikan kecepatan yang normal.” Dengan mengucapkan pertanyaan ini berkali-kali selam beberapa menit, pikiran bawah sadarnya akan mengiring proses pencapaian hasil usahanya secara maksimal dengan ibih cepat, apalagi jika diikuti dengan visualisasi, atau gambaran dalam imajinasinya yang seolah-olah itu adalah sesuatu yang nyata.
“Kecanduan Video Game”
LANGKAH 1
KENALI PENYEBABNYA
Games merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan untuk anak-anak karena dapat menghilangkan kebosanan karena menjalani aktivitas yang dilalui. Namu, games seringkali membuat anak lupa akaan waktu dan tugasnya sebagai seorang siswa. Games merupakan kegiatan nomor satu di setiap jam, menit, dan detik bagi anak-anak. Nah, kalau sudah kecanduan itu sudah berlebihan. Bermain games yang tidak dikelola dengan baik akan menyita waktu belajar sehingga anak menjadi lupa menjalani kewajibannya dan yang lebih ekstrem lagi adalah jika tidak ada pengarahan dari orang tua, games akan membawa pengaruh butuk bagi si anak.
Istilah kecanduan juga perlu dipahami bahwa kecanduan adalah sesuatu yang dilakukan berlebihan. Jikla anak bermain dua jam sehari dan setiap hari, apakah itu sudah dibilang kecanduan ? Tentu saja belum. Perhatikan juga dampak yang ditimbulkan dari perilaku anak bermain games. Jika dampaknya terlihat jelas dan merusak perilaku anak, baru orang tua perlu mewaspadai. Namun, jika anak hanya mengisi waktu dan menghilangkan kejenuhan saja, itu belum dikatakan sebagai kecanduan. Kecanduan bermain games disebabkan oleh banyak factor. Pertama, orang tua tidak punya cukup waktu merawat anak-anak mereka. Hal ini akan membuat anak lebih banyak menghabiskan waktub bermain games pada jam-jam di luar sekolah, tertidur di sekolah, sering melalaikan tugas, nilai di sekolah jelek, berbohong soal berapa lama waktu yang sudah dihabiskan untuk main games, lebih memilih bermain games daripada bermain dengan teman lalu menjauhkan diri dari kelompok sosialnya (klup atau kegiatan ekskul). Kedua, anak merasa bahwa games dapat menuruti keinginan mereka dibanding orang tua karena games dapat mereka atur, sedangkan orang tua tidak selalu menuruti keinginan mereka. Ketiga, anak melarikan diri dari kecemasan dan kemarahan terhadap keadaannya saat ini. Akibatnya, anak-anak mencari kesenangan sendiri yang diakhirnya membawa mereka kepada kecanduan games yang berlebihan. Dengan didukungnya teknologi dan fasilitas yang banyak ditemui, ana anak dapat mengakses games yang mereka suka.
LANGKAH 2
PERSIAPAN
Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, tanyakan terlebih dahulu kepada diri anda hal-hal berikut ini.
Apakah tujuan anak bermain games ? Apa sebagai pelarian dari sikap orang tua atau hanya menghilangkan kejenuhan ?
Apa sebab awal pertama anak bermain games?
Bagaimana orang tua menyikapi anak yang bermain games?
Apa anak sudah kecanduan games?
Perubahan apa yang terjadi pada anak dengan games yang sering dimainkan?
LANGKAH 3
PENANGANAN DENGAN HYPNOPARENTING
Lakukan proses reframing. Reframing adalah menjadikan kejadian apapun lebih bermakna tanpa perlu mengotak-atik kejadiannya. Ingat, bahwa makna dari komunikasi ada pada respon yang kita dapatkan. Di balik setiap perilaku pasti ada maksud positif dan tidak kata gagal, yang ada hanyalah umpan baik. Lalu, bagaimana melakukan reframing terhadap anak yang kecanduan games?
Ada seorang anak yang kecanduan games sehingga ketika sudah bermai games, dia ,menjadi lupa waktu, tidak mau mandi, tidak mau makan, dan malas belajar.
Simaklah kisah hynoparenting-nya berikut ini.
Terapis : “Games apa yang biasa anak anda mainkan”?
Orang tua : “Wah, saya tidak perhatikan itu.”
Terapis : “Apa makna positif dari anak anda bermain games?”
Orang tua : Hm…yah anak saya dapat melatih konsentrasinya, dia berlatih berjuang untuk mencapai level yang tinggi,dia semangat kalau main games, dia fokus, lebih memahami teknologi, dan belajar untuk peka (tergantung games yang dimainkan).”
Terapis : “Jelaskan itu pada anak anda karena dibalik setiap perilaku ada makna positifnya.”
Orang tua : “Tapi bagaimana anak saya dapat berhenti main games?”
Terapis : Iya sih, tapi dia jadi lupa waktu belajar.”
Terapis : Adakah proses belajar saat dia main games?”
Orang tua : Ada, tapi bagaimana cara dia mengelola waktunya dengan baik?”
Terapis : “Oh kalau itu soal lain, anda hanya perlu melakukan hal di bawah ini…” [selanjutnya silahkan anda cermati proses penanganan selanjutnya di bawah ini.]
Melakukan proses “cracking” seperti pada saat seorang hacker mengambil data orang lain.
Mengapa ini penting ? Ya, penting karena pasti anda sebagai orang tua menginginkan anak anda memiliki semangat mengebu-gebu sama seperti mareka main games bukan? Dari tinjauan neuro linguistic programming, ada suatu tools yang bernama meta program arah motivasi, yaitu bahwa manusia akan cenderung “mengejar kenikmatan/keuntungan” (moving toward) dan “menghindari kesulitan/kerugian” (moving away). Jadi, anak akan bermain games lebih lama dan merupakan belajar sehingga ketika waktunya belajar, otomatis akan memicu perasaan ingin menghindari itu. Sekaligus pada saat yang sama, akan muncul perasaan mendingan menghabiskan waktu main games daripada belajar (karena lebih nikmat).
Gunakan proses dis-association, yaitu kondisi di mana anak ter-disassociate ( keluar dari kondisi sebenarnya) dati proses “perasaan main games yang sangat nyaman”.
Disassociation merupakan proses yang membuat suatu “perasaan kuat lekat” menjadi terasa “kendur” dan menjadi terasa lebih enteng.
Jika kita di buat masuk dalam proses disassociation dalam bermain games, belajar akan terasa sama nikmatnya dengan bermain games. Nah, lakukan hal berikut ini kepada anak anda. (sambil anak anda bermain games)…”kak, kakak luar biasa ya dapat menyelesaikan games ini sampai level terakhir. Hayo kak, kakak pasti mampu…semangat kak…kalau semangat kakak ini sama kayak kakak membaca buku, belajar, pasti kakak dapat nilai yang baik dan level tertinggi juga.”
(Saat anak tidak mau belajar)…”kak, coba kakak bayangkan saat ini kakak sedang bermain games, apa yang kakak rasakan?” (biarkan anak menjawab…) “Wah, kakak rasakan semangatnya yah kak, terus rasakan…biarkan semangat ini terus ada dalam diri kakak…sekarang kita kesana yuk…” (Tempat anak harus belajar…) “Semangatnya gimana kalau main games…” (Barkan anak memperagakannya…) “Bagus sekali, pegang bukunya, rasakan semangatnya…iya terus rasakan sampai kakak selesai membaca buku ini yah…”
Anak suka membantah”
LANGKAH 1
KENALI PENYEBABNYA
Hal pertama yang harus diketahui oleh orang tua adalah bahwa ternyata sikap membantah anak bukan murni terjadi karena kesalahannya. Banyak orang tua yang tidak memberikan kesempatan mengutarakan pendapat dan pikirannya. Tipe orang tua yang terlalu memaksakan kehendak anaknya itulah yang justru paling rawan untuk membentuk karakter anak-anak mereka sebagai tiruannya,yaitu memiliki sifat otoriter dan suka memaksa. Koreksi diri juga diperlukan para orang tua.
Sadar atau tidak, terkadang orang tua juga memberikan argument dan logika orang dewasa ketika berbicara dengan anak dan menuntut anak melakukan apa yang orang tua inginkan serta tidak memberi kesempatan anak memberikan pendapat tentang cita-citanya sendiri. Ya, ternyata anak-anakpun juga sangat ingin mengerti, dihargai, dan dipahami perasaan dan pendapatnya. Adapun biasanya penyebab anak suka membantah adalah sebagai berikut.
Bentuk anak mencari perhatian dari orang tua.
Jika dia membantah dan orang tua menanggapinya, dia berhasil mengambil perhatian orang tuanya
Anak sedang menunjukkan jati dirinya bahwa dia sudah besar dan ingin pendapatnya dihargai secara personal.
Anak sedang menunjukkan perasaannya. Jika orang tua menyuruh anak melakukan sesuatu sementara sementara anak sedang asik bermain, jelas saja anak menunjukkan reaksi membantah karena mereka marah kesenangannya diganggu atau diinterupsi.
Anak menunjukkan kekuasaan sehingga terkadang anak mengeluarkan jurus maut (seperti menangis, merengek, cemberut, dan lain-lain) supaya orang taunya “mengalah” dan mereka “berkuasa” kerena berhasil membujuk orang tua melakukan apa yang mereka inginkan.
LANGKAH 2
PERSIAPAN
Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, tanyakan terlebih dahulu kepada diri anda hal-hal berikut ini.
Apa penyebab anak suka membantu?
Dalam hal apa saja anak membantah?
Bagaimana reaksi anak ketika anak membantah?
Apa yang dilakukan anak terhadap reaksi membantahnya?
Faktor dominan apa yang membuat anak selalu ingin membantah? Dapat dilihat dari keempat factor di atas.
LANGKAH 3
PENANGANAN DENGAN HYPNOPARENTING
Kesempatan bicara perhatikan ketika anak berbicara dengan anda karena hal ini mengindikasikan bahwa anda memberinya kesempatan untuk mengukapkan ide dan pikirannya.
Beri pilihan yang tidak di sukai jika anda menjumpai bahwa anak tetap ngotot membantah, berikanlah pilihan yang tidak disukainya.
Misalnya, “wah, ternyata games lebih penting ya, daripada belajar? Ya sudah…sekarang pilih deh, mau nilai ulanganmu jelek karena tidak belajar atau nama cobut kabel komputernya?”
Dengan memberinya pilihan yang tidak disukai, ia akan berusaha untuk tidak membantah anda karena ia tidak ingin melakukan atau mendapatkan apa yang tidak disukainya. Ini sering dikenal dengan nama double binding, yaitu anak diminta untuk memilih dari dan pilihan yang tersedia dan biasanya mereka fokus pada alternative mana yang paling buruk daripada menemukan solusi menarik lainnya.
Konsisten terhadap perkataan
Jadilah orang tua yang konsisten dan lakukan apa yang sudah anda katakana kepadanya meskipun pilihan tersebut adalah tidak enak baginya. Jika anda tidak melaksanakan apa yang diucapkan, dia akan menganggap remeh.
Ubah pola didik
Jangan menakut-nakutin anak anda karena dapat mematikan sifat anak yang selalu ingin tahu.
Orang tua perlu memberi jeda waktu kepada anak agar mencoba dan memacu kreativitasnya sendiri sehingga akhirnya anak dapat belajar sendiri akibat baik dan buruknya tentang segala sesuatu. Selain itu, juga terbiasa untuk berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu. Kurangi jug hal yang terkesan menyudutkan dan terlalu mendiktenya. Terkadang sebagai orang tua, kita perlu memberinya kesempatan kepada anak untuk memilih.
Hal tersebut berguna untuk melatihnya bersikap mandiri dengan menyelesaikan masalahnya sendiri. Selain itu, jika anak berhasil mengatasi kesulitannya sendiri, dia akan merasa lebih berharga. Orang tua cukup memberikan motivasi atau rambu-rambu ketika anak melakukan suatu sikap. Dengan demikian, ia akan berusaha untuk menampilkan yang terbaik.
Komunikasi
Komunikasi adalah cara paling efektif untuk mengetahui alasan apa saja yang dapat menyebabkan anak membantah perkataan orang tua. Keteka orang tau membuka komunikasi lambat laun anak juga akan membukan diri untuk mengungkapkan penyebab dan alasan mereka mempertahankan pendapatnya. Dengan komunikasi, orang tua dan anak akhirnya dapat menemukan jalan keluarnya bersama-sama.
Komunikasi dilakukan bukan pada saat anak membantah, tunggun dulu dan beri waktu anak untuk mengendalikan perasaannya. Setelah dalam kondisi tenang, barulah anda bicarakan tentang perilaku anak dan alasan-alasan yang melatarbelakangi masalah ini.
Berikan sugesti melalui dongeng
Kesibukan dan sehari-hari kerap kali menjadi alasan orang tua untuk tidak mendongengkan si kecil. Ternyata dongeng adalah cara memberikan sugesti. Materi cerita tentunya harus mampu membangun karakter anak atau sesuai dengan karakter yang ingi kita tanamkan pada diri anak, yaitu tentang sikap menghargai orang lain supaya dengan adanya sikap menghargai orang lain.
Melalui dongeng karakter inilah ia melalui dapat menemukan alasan-alasan perintah orang tua baik atau tidak, baik dikerjakan atau tujuan dari mereka membantah. Masukkan juga bahwa sebagai anak kita harus menghormati orang tua. Orang tua selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Kalau perlu dapat juga dimasukkan tentang perasaan si anak dan penyebabnya membantah dan perasaan orang tua menghadapi perbantahan anaknya.
Hypnosleep
Dalam hypnosleep kita menaikan kesadaran seseorang dari kondisi anak tertidur pulas ke kondisi hipnotis (trance), kmudian sugesti diberikan pada saat kondisi hipnotis (trance), kita naikan kesadarannya, kemudian diberikan sugesti dan setelah itu anak ditidurkan lagi.
Adapun langkah-langkah dalam memberikan hypnosleep adalah sebagai berikut.
Pertama kali anda perlu memahami hukum bawah sadar yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Sebelum anda melakukan hypnosleep, susunlah kalimat yang akan digunakan untuk memberikan sugesti. Kalimat yang digunakan pendek, singkat, dan jelas. Perhatikan juga pemakaian kita yang tepat.
Intinya adalah mengatakan apa yang kita inginkan dengan kalimat positif. Hindari kalimat negative (tidak, jangan, dan lain-lain).
Skrip atau naskah sugesti sebaiknya dibacakan oleh orang tuanya. Lakukan setiap malam dan tidak boleh terputus sampai terlihat hasilnya.
Cara mengetahui apakah anak sudah berada dalam kondisi teta dan siap dihipnosis atau disugesti adalah dengan cara mengamati jumlah tarikan napas anak. Setidaknya 6-8 tarikan napas per menit. Ini untuk menjamin bahwa subjek tertidur pulas. Selain itu, perhatikan bahwa otot-otot wajah sudah mulai relaks.
Pastikan juga anak benar-benar dalam kondisi teta, anda dapat menggoyang-goyang badan anak, dan panggil namanya dengan suara perlahan. Jika anak menjawab dengan jawaban yang sangat lemah atau bahkan hanya menganggukkan kepala ketika ditanya (untuk mengetahui apakah anak masih mendengar suara orang tuanya), artinya ia sudah berada dalam kondisi teta dan siap diberikan sugesti.
Dekati anak dengan lembut dan berikan setuhan ringan goyangkan sedikit sambil mengucapkan kalimmat berikut dengan mantap disertai nada suara rendah dan datar, “ini mama sayang. Kamu dengar mama ya, tapi tetap tutup mata…”
Bacakan sugesti yang telah anda susun 3 atau 4 kali untuk memastikan sampai ke bawah sadarnya. Bisikkan kalimat, “adi, mulai besok dan seterusnya, adi menuruti kata-kata mama yah…dan jika adi sulit untuk melakukannya maka adi dapat membicarakan semua yang mama perintahkan itu secara baik-baik.”
Lalu tutup dengan kalimat berikut, “kalau mama berhenti bicara maka kamu akan kembali tidur nyenyak seperti tadi. Kamu tidak akan mengigat apa yang baru mama sampaikan, tapi kamu merasakan suatu perubahan dalam dirimu ketika bangun esok pagi dengan sangat segar. Sekarang tidurlah kembali dengan sangat nyenyak…”
Di samping sugesti yang diberikan lingkungan juga perlu diubah untuk membantu perubahan anak serta memfasilitasi perubahan anak. Lingkungan di sini termasuk sikap ayah, ibu, pengasuh, serta misalnya anak suka berkata kasar (contoh: “goblok”).
Ciptakan lingkungan yang tidak ada lagi kata-kata kasar tersebut terucap. Lingkungan harus sama dengan apa yang disugestikan kepada anak. Ciptakan lingkungan yang saling menghargai dan mengurangi perbatahan antara anggota keluarga dengan membicarakn semua secara baik-baik (boleh berdebat dan saling berbantahan, tetapi dilakukan dalam suasana yang harmonis dan komunikasi yang baik).
Ketika ia mulai menujukkan perubahan, pelihara perubahan itu dengan tidak menanggapi perubahannya secara ekstrem, misalnya, “kok tumben ya sekarang ngomongnya baik?” atau kata-kata semacam itu .
Sekali anda mengatakan hal tersebut maka rusaklah program yang sudah anda tanamkan dalam pikiran bahwa sadar anak dan kemudian otak bahw sadar anak akan berproses, “oh…berarti saya sebenarnya ngomongnya gak baik yah…”
“Menghisap jempol”
LANGKAH 1
KENALI PENYEBABNYA
Kebiasaan menghisap jempol dianggap normal pada bayi dan anak-anak sebagai kesenangan atau aktivitas yang menghibur, terutama ketika anak lapar atau lelah. Namun, jika anak masih mengisap jempol hingga usia 4-6 tahun akan berefek negatif. Bagaimana cara menghentikan kebiasaan mengisap jempol anak?
Kebiasaan mengisap jempol akan mencapai puncaknya keteka anak berusia antara 18-20 bulan dan biasanya menghilang kitika anak mulai berkembang dan dewasa. Namun, kebiasaan menghisap yang melampaui usia 4-6 tahun dapat menyebabkan beberapa kondisi yang tidak normal pada rongga mulut, seperti maloklusi gigi atau deformasi dari jaringan tulang jempol.
Kebiasaan menghisap jempol yang berlebihan dan terus-menerus pada anak dapat merupakan indikasi dari beberapa masalah emosional. Kebiasaan menghisap jempol dapat memiliki dampak besar pada kesehatan mulut anak setelah usia 5 tahun. Oleh karena itu, sebaiknya dapat menghentikan anak untuk tidak melakukan kebiasaan itu lagi ketika sekitar usia 3 tahun. Gigi depan atas dapat terdorong kedepan dan gigi dan gigi depan bawah terdorong ke belakang oleh karena kebiasaan tersebut.
Menghisap jempol mungkin dapat menyenangkan dan menenangkan untuk anak-anak.Namun, kebiasaan tersebut jika dilakukan secara terus-menerus akhirnya dapat mengganggu atau menyebabkan masalah pada rongga mulut.
LANGKAH 2
PERSIAPAN
Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, tanyakan terlebih dahulu kepada diri anda hal-hal sebagai berikut.
Ketahui sejak kapan anak menghisap jempol?
Setiap menghisap jempol, perhatikan apa yang sedang dialakukan, dipikirkan, atau disarankan anak?
Apa yang anda lakukan saat anak menghisap jempolnya?
Bagaimana reaksi anak ketika anda menegurnya?
LANGKAH 3
PENANGANAN DENGAN HYPNOPARENTING
Berikan
pujian saat anak tidak melakukannya.
Terkadang ada anak yang menghisap jempol karena mencari perhatianj orang tua saja. Untuk kasus seperti ini, sebaiknya tidak perlu ditegur.
Jika kecemasan merupakan alasan anak mempunyai kebiasaan menghisap jempol, temukan cara lain yang dapat menawarkan kenyamanan dan menenangkan kecemasan anak. Alihkan kecemasan anak ke hal-hal yang lebih positif.
Menggunakan teknik puppet mistery. Teknik yang dilakukan dengan bermain bersama dengan boneka jari. Intinya adalah jika kita menggunakan figure yang disukai anak dimasukkan ke jari yang biasa dihisap, dia tidak akan menyakiti figure yang dia sayangi. Untuk melakukan hal ini,orang tua perlu membuat boneka yang sesuai dengan kesukaan anak menggunakan kain flannel. Kemudian pasang boneka jari yang disukai anak (misalnya boneka kesayangannya yang bernama sinta).
Nah, minta anak untuk berkomunikasi dengan boneka itu atau jika dia tidak mampu melakukannya. Cobalah bombing anak untuk melakukan komunikasi, “sinta, kamu cantik…rambutmu panjang…dan aku sayang sama kamu…kamu laper yah…nih aku kasih kamu makan, mau? Nyam…nyam…pasti enak yah…kamu suka sakit yah? Kalau kamu sakit, aku obatin supaya kamu sembuh.
Aku akan jaga dan menyayangimu. Maafin aku yah kalau aku suka menyakiti kamu…aku janji deh, aku gak akan lagi menyakitimu karena aku sayang kamu…”