Asuhananak-Ayah Juara Tak Pernah Menyerah, Ayah Pecundang Tak Pernah Menang . Ini sebuah kisah realita yang akan saya persembahkan kepada anda semua yakni Seorang teman saya yang bernama Dan (bukan nama sebenarnya) menikahi seorang perempuan cantik Satu- satunya kekurangan istrinya adalah temperamennya yang mengerikan. Ketika sedang sakit atau menstruasi, dia bisa mengamuk bagaikan gunung berapi. Dia akan mengorek masalah yang sudah selesai bertahun-tahun lalu dan men caci-maki Dan terus-menerus. Lalu, beberapa jam kemudian, dia meminta maaf kepada Dan. Dia tidak pernah melakukan kekerasan fisik dan tidak mengamuk saat ada anak-anaknya. Intinya, Dan merasa mereka memiliki pernikahan yang cukup baik, namun amarah istrinya terkadang membawa Dan ke jurang keputusasaan.
Teman saya memiliki pilihan, seperti halnya kita semua. Dia bisa meninggalkan istri dan anak-anaknya, yang memikirkan lebih lanjut, dia sadar bahwa perceraian bukanlah jawaban, karena akan menghancurkan kondisi anak-anaknya. Dan mengetahui data hal-hal negatif dari anak-anak yang orang tuanya bercerai dan dia melihatnya sangat mungkin terjadi pada anak-anaknya. Dia tahu bahwa kondisi istrinya mungkin akan bertambah buruk, sebab dia berasal dari keluarga berantakan yang menggunakan amarah dan luapan emosi sebagai senjata. Kepergiannya hanya akan membuat trauma masa kecil istrinya semakin parah. Dia juga menyadari dengan bijak bahwa sebuah perceraian akan membuatnya menjadi laki-laki yang lebih lemah, miskin, dan kesepian.
Jadi, Dan bertahan di sana. Dia dan istrinya melakukan konseling. Mereka bekerja keras melatih kemampuan emosional tinggi, lebih cenderung lulus dari SMA (dan universitas), tidak masuk penjara, stabil secara emosional, dan memiliki keluarga harmonis daripada mereka yang orang tuanya memilih bercerai.
Tolong dicatat bahwa tekanan emosional yang saya maksud bukanlah penyiksaan fisik atau emosional. Hal itu tentu tidak bisa diterima dan harus diatasi untuk melindungi para korban. Saya membahas tentang stres dan ketegangan yang pasti terjadi di kebanyakan pernikahan, dan pada beberapa pernikahan menjadi hambatan yang serius. Kenyataannya, perceraian yang sering digambarkan sebagai jalan keluar termudah bersifat ekuivalen dengan kegagalan emosional yang dialami anak-anak. Maaf, jika saya memaparkannya dengan detail.
Sebab, penting untuk mendapatkan kebenaran dari data yang benar.
Jadi, ingatlah Cortes, McAuliffe, dan Churchill. Jadilah pemberani. Bakarlah kapal Anda dan tajamkan Sikap Optimistis dan Pantang Menyerah. Duduk dan berdiskusilah dari hati ke hati dengan pastor, rabi, atau pendeta Anda. Teleponlah satu atau lebih teman sejati yang memiliki semangat pantang menyerah, lalu mintalah bimbingan atau dukungan dari mereka. Jika semuanya gagal dan Anda perlu berbicara kepada seseörang, teleponlah kami di layanan "Granddads on Call". Kami akan melakukan apa saja yang bisa kami lakukan.
Salah satu keistimewaan menjadi seorang ayah adalah, seperti yang diungkapkan di film Blues Brothers, "Belum usai sampai kita bilang sudah selesai." Hal ini benar bagi kita para ayah karena sebagai kepala keluarga, jika kita memutuskan untuk menyerah, maka selesailah sudah. Mungkin tidak langsung hancur, tapi pada akhirnya akan hancur. Namun, jika kita memiliki keberanian untuk tidak pernah menyerah dan memutuskan untuk bertahan pada masa-masa sulit, kita akan menyambut kebahagiaan. ltu bukan hanya optimisme, itu adalah realita. Jadi, beranilah dan pastikan
Sikap Optimistis dan Pantang Menyerah Anda siap digunakan setiap saat.
Renungan Lebih Lanjut
1. Jika Anda masih menikah, apakah Anda percaya bahwa pernikahan Anda bisa menjadi lebih baik? Jika Anda berpikir sebaliknya, sudahkah Anda berkonsultasi dengan pastor, pendeta, rabi, atau pihak profesional lain yang mungkin sanggup membantu? Jika tidak, mengapa demikian?
2. Apakah Anda masih memiliki "kapal meloloskan diri" yang perlu dibakar?
3. Apa yang akan Anda lakukan, jika hal tersebut pasti bisa menyelamatkan pernikahan Anda?
Meditasi Hari Ini
1. Renungkan selama 60 detik hal terbaik dan tersulit yang Anda alami dalam hidup. Bagaimana rasanya?
2. Luangkan 60 detik untuk membayangkæn keluarga Anda lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih kuat pada 5, 10, atau 20 tahun ke depan. Seindah apa keliihatannya?
3. Luangkan 60 detik untuk bermeditasi. Fokuskan pikiran Anda pada fakta bahwa bayangan tadi berada di dalam genggaman tangan Anda sendiri. Tentu, keluarga Anda berperan penting, tapi berhentilah dan berpikirlah pada fakta bahwa masa depan keluarga Anda berada di tangan Anda.